watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Nama saya Joko, saya terhitung baru terjun ke
dalam Cerita Rumah Seks ini, site ini saya
temukan secara tidak sengaja. Sejak kecil saya
sering berpindah-pindah karena mengikuti ayah
saya yang pegawai bank. Saya sekarang hampir
menyelesaikan kuliah di salah satu universitas di
ibukota, yang katanya kampus perjuangan orde
baru. Umur saya 24 tahun, seharusnya saya
sudah lulus setahun yang lalu, tapi karena saya
sibuk kerja serabutan plus main saham jadinya
baru sekarang sempat ikut ujian 'kompre'
mudah-mudahan lulus, doain ya?
Saya mulai melakukan onani sejak akhir kelas 4
SD, diajarkan oleh teman saya yang bernama D.
Katanya jika saya mengocok kemaluan saya
akhirnya akan terasa nikmat. Pada awalnya saya
sama sekali tidak terpikir apa yang dia maksud,
bagi saya nikmat adalah apabila dibelikan mainan
oleh ayah, atau dijajani bakso oleh ibu saya.
Begitulah, akhirnya sampai sekarang saya masih
rutin melakukannya dengan tangan saya atau
dengan guling (bagi yang laki-laki dan punya
guling pasti tahu bagaimana caranya). Sejak kecil
saya selalu tertarik dan mengagumi perempuan,
bahkan sebagian besar sahabat saya adalah
perempuan. Saya pacaran (yang serius) sudah
18 kali, terus terang tadinya saya juga kaget
dengan bilangan ini (walaupun toh saya yakin
pasti ada yang jauh lebih dari itu, setelah
membaca hampir semua kisah di site ini). Ini
adalah kisah dari salah satu pacar saya (yang
terakhir dan masih sampai sekarang).
Pacar saya bernama si A, saya kenal dia dari
teman saya yang anak Tar-Q, singkatnya dalam
satu minggu saya resmi jadi pacarnya (detilnya
tak usahlah). Pada awalnya kami berdua hanya
berani melakukan petting di mobil. Dengan CD
yang masih melekat kami berdua saling
menggesek-gesekkan kemaluan sampai
keduanya terpuaskan, kami melakukannya di
mobil Starlet saya. Pernah suatu malam saat
kami sedang melakukan petting, ada tukang nasi
goreng lewat dengan petromaks yang super
terang, walaupun kaca mobil saya sudah 70%
urung juga dia dapat melihat apa yang kami
lakukan, tadinya saya mengira dia akan cuek
bebek. Ternyata dia menggedor kaca mobil
saya, saat saya hampir mencapai orgasme. Jika
A tidak menahan saya seraya hampir menangis,
tentu terjadi pertumpahan darah malam itu
entah saya atau dia yang mati. A tinggal di Bogor
bersama keluarganya, tak lama kemudian setelah
A lulus, ia pindah ke Jakarta menetap di rumah
dinas ayahnya di bilangan kompleks PH. Di
rumah itu A tinggal bersama kakak tertuanya
(yang 99% selalu berada di luar rumah) dan
tantenya yang bekerja dan pulang jam 20.00.
Akhirnya A diterima bekerja di salah satu bank
asing yang tetap berdiri tegak ditengah krisis ini.
Kami semakin leluasa melakukan petting di
rumahnya yang praktis tidak ada orang.
Pernah suatu kali tantenya pulang ke Bogor dan
kakaknya pergi ke luar kota, dan kami berdua
benar-benar bebas. Seperti biasa, acara petting
dimulai, dia mulai mendesah setiap kali penis
saya yang menegang saya gesekkan pada
clitorisnya bersamaan dengan jilatan-jilatan saya
pada lubang telinganya. "Aahh.. Mas.. mmhh..",
erangannya terdengar sangat merdu di telinga
saya. Saya semakin bernafsu untuk melakukan
apapun, jari-jari saya 'bergerilya' masuk kebalik
CD-nya dan mulai meraba-raba clitorisnya
dengan gerakan perlahan yang makin cepat..
makin cepat, "Aahh.. ahh.. ahh.. ahh.. ahh..
Jokkoo.. aahh", dia mengerang sambil memeluk
saya erat-erat, sesaat saya kesulitan melakukan
manuver dengan tangan saya, karena himpitan
buah dadanya. Saya semakin giat
mempermainkan clitorisnya, dan mulai meraba
masuk kedalam dan dia terkejut sebentar, tapi
kemudian membiarkan saya, sementara tangan
saya yang lain mendekap dan memeluk
punggungnya agar dia merasa aman dan
tenang. Jari-jari saya mulai meraba masuk ke
dalam vaginanya, saya merasakan lubang itu
sangat basah dan menimbulkan bunyi "Clekk..
clekk.. clekk" tiap kali jari tengah saya keluar
masuk (untuk beberapa saat, saya melupakan
penis saya). Saya sangat excited dengan
pengalaman pertama saya ini (walaupun banyak
memiliki koleksi film VCD, VHS maupun BETA,
tetap saja..). Saya berusaha memasukkan jari
telunjuk saya dengan harapan A akan semakin
terpuaskan dan dugaan saya benar! "aahh.." dia
berteriak agak keras sebelum kemudian
melanjutkan dengan rintihan-rintihan kecil yang
susul-menyusul.
Saya memutuskan untuk menambah
kenikmatannya lagi, saya mulai mempermainkan
clitorisnya lagi dengan jempol saya, sementara
kedua jari yang lain tetap mondar-mandir di
dalam vaginanya. Saya sangat kaget karena A
menggelinjang begitu hebat, sampai tangan kiri
saya hampir tak kuat memeluknya. Beberapa
menit kemudian ia mulai mengerang panjang
"aahh.. aahh.." sebelum akhirnya tubuhnya
terkulai lemas dipelukan saya. A kemudian
tersenyum memandangi wajah saya, ia
kemudian mencium bibir saya dengan sangat
lembut sekali dan saya mulai teringat dengan
penis saya (yang belum mendapat jatah).
Kemudian saya mengeluarkan tangan saya dari
balik CD-nya. Ia agak terhenyak kaget ketika
kedua jari saya melepaskan diri dari vaginanya,
seolah takut tidak akan mendapatkan kenikmatan
itu lagi. Saya mulai memeluknya dengan kedua
belah tangan saya, sementara tangan kanan saya
yang basah oleh cairan vaginanya mulai
menanggalkan kancing bajunya. A terlihat
semakin bergairah mengetahui bahwa
permainan yang lebih besar segera akan dimulai.
Ia juga berusaha melepaskan kemeja saya
dengan tergesa-gesa. Tubuh bagian atasnya
hanya terbungkus BH sekarang, dan ia telah
berhasil juga menanggalkan baju saya.
Saya berusaha melepaskan BH-nya dari
belakang, dan akhirnya buah dadanya tidak
ditutupi sehelai benang pun, ia mulai memeluk
saya erat-erat, menggesek-gesekkan putingnya
pada dada saya yang berbulu, saya mulai
mengulum bibirnya, lidah kami saling
berpagutan. Tak lama, lidahnya mulai menjilati
bagian langit-langit mulut saya. Saya mengerang
namun tak dapat berbicara apa-apa sementara A
semakin buas mengetahui saya menyukai
permainan lidah itu. Saya semakin tidak dapat
mengontrol diri dan mulai membuka celana
panjang saya dan jatuh berserakan di lantai
ruang tamunya. Saya mulai mencabut roknya
dengan gerakan tergesa-gesa. Celana dalamnya
yang berwarna putih rupanya telah basah oleh
permainan kami tadi, saya memelorotkan CD-
nya dan melemparkannya ke sofa di ruang tamu
bersama-sama dengan baju kami berdua. Kami
berdua telanjang bulat di ruang tamu rumahnya.
Akhirnya saya mulai membaringkan dia di sofa
dan menciumi lehernya dan menjilati buah
dadanya. Gigitan-gigitan saya pada puting
payudaranya membuat A semakin bernafsu dan
memeluk saya lebih erat dan mulai meraba-raba
punggung saya dengan kukunya. Saya semakin
tidak sabar, dan memasukkan dua jari sekaligus
kedalam vaginanya. Ia kaget sebentar kemudian
merasakan kenikmatan yang jauh lebih hebat
dari sebelumnya, ini saya rasakan dengan
gerakannya yang makin kuat dan gelinjangannya
yang makin banyak.
Ia mulai merintih dan melenguh dan saya
mendengar dengus nafasnya yang makin
memburu. Saya sudah tidak tahan lagi! Saya
mengarahkan penis saya kedalam liang
vaginanya, terasa sempit, sangat sempit! Ia kaget
sekali ketika saya melakukannya, "Jangaan..
jangan..", ia menolak. Saya mengeluarkan penis
saya yang sebagian telah masuk tadi, dan mulai
menciuminya lagi. Saya sempat tersenyum
padanya, dan ia membalas dengan pandangan
mata yang campur aduk karena sadar bahwa
keperawanannya akan hilang sebentar lagi. Saya
menggendongnya ke kamar tidurnya yang tak
jauh dari ruang tamu. Di atas kasur saya
membuka lebar-lebar kedua belah pahanya
sehingga vaginanya terkuak. Saya mulai
menciumi bibirnya, lehernya, payudaranya
turun ke perutnya. Ia melonjak sedikit ketika saya
menciumi perutnya, kemudian saya mulai
menjilati clitorisnya dan memasukkan jari tangan
saya lagi. Vaginanya lebih basah dari yang tadi
dan setiap kali jari saya menyeruak kedalam
terasa ada cairan yang lumer keluar. Saya tak
dapat membayangkan kenikmatan dia saat itu,
karena kamarnya yang remang-remang hanya
dapat melukiskan bola matanya yang indah
mengerjap-ngerjap sambil mulutnya terbuka
lebar dan mengeluarkan desahan-desahan
panjang.
Teriakannya makin lama semakin keras pada
saat vaginanya benar-benar basah, karena seprei
di bawah selangkangannya telah basah pula saya
mulai memasukkan penis saya, saat dia
mencapai orgasmenya yang kedua. Dia kaget,
kedua tangannya berusaha mendorong saya tapi
saya pegangi kedua tangannya dan mulai
memasukkan penis saya sedikit demi sedikit.
Hanya sepertiga dari penis saya yang dapat
masuk kedalam vaginanya, toh saya tetap
melakukan gerakan memompa keluar masuk
pada saat dia mulai merasakan kenikmatan dan
mungkin ia berpikir saya tidak akan bergerak
lebih jauh ia mulai mengendurkan tangannya,
pada saat itu kedua tangan saya mengangkat
pahanya ke atas mendekati payudaranya
sehingga vaginanya terbuka maksimal, saat itu
dengan seluruh kekuatan saya dorong penis
saya kedalam, kini penis saya telah seluruhnya
berada di dalam liang kemaluannya. Ia merintih
dan melenguh nikmat, saya benar-benar
menyukai rintihan kenikmatannya! Tapi sesaat
saya kaget karena tidak melihat darah sedikit pun
dimana-mana! Tapi saat itu otak saya tidak saya
berikan kesempatan untuk berpikir lebih banyak.
Saya mulai dengan gerakan perlahan, dia
menggerak-gerakkan pinggulnya, penis saya
seperti dipijat-pijat. Saya merebahkan diri ke
badannya dan dia mulai menggerayangi
punggung saya, kemudian telapak tangannya
mulai memegangi pantat saya. Setiap kali saya
mendorong masuk, kedua tangannya ikut
mendorong pantat saya, seolah ia ingin menelan
penis saya dalam-dalam. Rintihan dan lenguhan
kami berdua saling bersahutan malam itu.
Rintihannya semakin keras ketika saya berusaha
memasukkan penis saya lebih dalam dan lebih
dalam lagi.
Akhirnya kedua tangannya tergelepar kesamping
terlepas dari pantat saya dan ia mulai
mendapatkan orgasmenya yang ketiga. Saya
memandangi wajahnya yang memerah, saya
pandangi putingnya yang mengeras dengan
bercak-bercak merah diseputar putingnya,
kemudian saya cium dia di pipi, kening dan
mulai mengulum bibirnya. Saat itu saya kira dia
sudah sangat kelelahan dengan ketiga ledakan
kenikmatan yang dirasakannya, tangannya
melemas dan nafasnya mulai teratur dan ia
memeluk saya erat sekali. Pada saat itu saya
mulai mempercepat hentakan penis saya
kedalam vaginanya. Kedua kakinya menyilang di
belakang pantat saya dan mulai membantu
menekan kedalam. Rintihannya kembali
terdengar dan kali ini jauh lebih keras dari
sebelumnya, saya tertawa kecil dan menutup
bibirnya dengan telapak tangan saya, "Enak
banget ya", bisik saya ke telinganya yang
mungil, ia mengangguk dan berkata "Habis tadi
dalem banget.." ia kemudian tersenyum dan
kami berdua tertawa kecil. "Kamu belum dapet
ya?" tanyanya, saya mengangguk sambil tetap
mengayunkan pinggul saya perlahan. "Kamu
mau dapet lagi nggak?" tanya saya dengan
sedikit menggoda. Ia hanya tersenyum, ketika itu
badan saya mulai terasa pegal karena paha yang
mengangkang terus-menerus. Akhirnya saya
kembali mempercepat tempo dan ia mulai
membuka mulutnya sambil mendesis-desis
"sshh.. ahh.. mmhh.. aahh.. ouuhh", saya tak
kuasa menahan lebih lama lagi, penis saya
serasa meledak di dalam vaginanya. Kemudian
saya meluruskan kaki saya dan berusaha
mengeluarkan sisa-sisa air mani yang mungkin
masih tertinggal. Peluh di wajah saya jatuh
menetes di pipinya yang putih mulus, ia
menyekanya dan mengusap kening serta pipi
saya. Dengan penis tetap berada di dalam
vaginanya saya mencari-cari handuk yang
tergeletak ditempat tidurnya. Saya seka pelipis
saya, lehernya, dadanya serta ketiaknya. Saya
melepaskan penis saya perlahan-lahan, dia
memandangi wajah saya sambil membuka
mulutnya, ketika penis saya terdorong
seluruhnya keluar ia mengeluarkan rintihan
pendek. Saya berbaring disampingnya,
"Tetangga sebelah denger nggak ya?", ia cuma
tersenyum genit seraya berkata "Yaa.. habis
masukinnya dalem banget.." rengutnya manja
sambil memegangi tangan saya. Kami
berpelukan kemudian berguling-guling di
kasurnya. Saya mulai menciuminya lagi, "Badan
gue lengket nich..", tolaknya. Kemudian kita
berpelukan lagi dan kembali berguling hanya kali
ini karena terlalu ke bibir ranjang, saya terjatuh
ke lantai dan kami berdua tertawa tertahan
(khawatir para tetangga akan mendengar
aktivitas kita berdua). Akhirnya ia mulai beranjak
dan berjalan ke ruang tamu. Saya duduk di
pinggir tempat tidurnya dan kembali berpikir,
"Kok nggak berdarah, sih?" tanya saya dalam
hati. Tak lama kemudian ia muncul dan
bersandar di pintu kamarnya, rok dan bajunya
sudah dikenakan tapi CD-nya berada dalam
genggamannya. "Kenapa?" tanyanya, "Ah,
nggak.. cuma capek saja.." jawabku. Ia masuk
ke kamar mandi untuk membersihkan badannya
dan saya berjalan ke ruang tamu untuk
memunguti pakaian saya. Tapi saya tetap tak
habis pikir.
TAMAT

Adult | GO HOME | Exit
1/525
U-ON

inc Powered by Xtgem.com